Dikalangan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah nama Azyumardi Azra tentu sudah tidak asing lagi. Prof. Dr. H. Azyumardi Azra, M.A., M.Phil., CBE. adalah akademisi dan cendekiawan muslim Indonesia. Ia menjabat Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 1998 – 2006.
Pria kelahiran Lubuk Alung, Padang Pariaman, Sumatera Barat pada tanggal 4 Maret 1955 ini merupakan Ketua Dewan Pers untuk periode 2022-2025. Dia di besarkan dalam lingkungan keluarga yang organis. Beliau tumbuh Besar di lingkungan Islam modernis tetapi dia justru merasa betah dalam tradisi Islam tradisional.
Ayahnya adalah seorang Tukang kayu, pedagang kopra dan cengkih sedangkan Ibunya adalah seorang Guru agama. Azra merupakan anak ketiga dari enam bersaudara. Orang tuanya sangat memperhatikan pentingnya pendidikan. Oleh karena itu ayahnya bercita-cita keras agar semua anak-anaknya bisa sekolah meskipun kondisi ekonomi tak memungkinkan untuk membiayai.
“ Orang tua saya itu meskipun tidak sekolah tinggi tetapi mencontohkan kepada saya bahwa ilmu itu sangat penting oleh karena itu meskipun mereka susah dalam kehidupan, tapi semua anak-anak mereka itu sekolah dan semua menjadi sarjana” ujarnya pada salah satu wawancara di UIN Syarif Hidayatullah Sabtu 31 Juli 2004 .
Azyumardi azra dikenal sebagai anak yang rajin dan pandai, dia sudah membaca sebelum memasuki sekolah dasar. Ia memulai pendekatan Formal sekolah dasar disekitar rumahnya kemudian meneruskan ke PGAH Padang.
Lulus dari PGAH Padang tahun 1925, Azra ingin melanjutkan Ke IKIP Padang (sekarang Univ. Andalas) Jurusan Sejarah tetapi orang tuanya justru menginginkan dia kuliah di IAIN padang. Akhirnya Azra memilih kuliah di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Azyumardi memulai karier pendidikan tingginya sebagai mahasiswa sarjana di Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 1982. Di kampus Azra menjadi mahasiswa yang aktif di berbagai kegiatan Ekstra dan intra kampus. Ia penah menjabat ketua umum senat mahasiswa Fak. Tarbiyah pada1979-1982 dan ketua umum HMI cabang Ciputat padatahun 1981-1982. Ia selesai kuliah S1 pada tahun 1982 kemudian di Rekrut oleh Rektor IAIN Jakarta Prof. Harun Nasution untuk mengajar di almamaternya, kemudian atas bantuan beasiswa Fulbright, ia mendapakan gelar Master of Art (MA) pada Departemen Bahasa dan Budaya Timur Tengah, Universitas Columbia tahun 1988. Ia memenangkan beasiswa Columbia President Fellowship dari kampus yang sama, tetapi kali ini Azyumardi pindah ke Departemen Sejarah, dan memperoleh gelar MA pada 1989.
Pada 1992, ia memperoleh gelar Master of Philosophy (MPhil) dari Departemen Sejarah, Universitas Columbia tahun 1990, dan Doctor of Philosophy dengan disertasi berjudul The Transmission of Islamic Reformism to Indonesia: Network of Middle Eastern and Malay-Indonesian ‘Ulama in the Seventeenth and Eighteenth Centuries.
Azyumardi Azra kembali ke Jakarta pada tahun 1993, ia kemudian mendirikan sekaligus menjadi pemimpin redaksi Studia Islamika, sebuah jurnal Indonesia untuk studi Islam. Pada tahun 1994–1995 dia mengunjungi Southeast Asian Studies pada Oxford Centre for Islamic Studies, Universitas Oxford, Inggris, sambil mengajar sebagai dosen pada St. Anthony College.
Usia Azyumardi Azra relatif muda ketika menjabat sebagai Rektor bila di bandingkan dengan para Rektor sebelumnya, Namun pendidikan dan pengalamannya yang mumpuni mendukung keberadaannya sebagai rektor. Setidaknya ia sangat tahu seluk beluk Perkembangan Perguruan itu karena sejak mahasiswa dia sudah aktif disana.
Azyumaardi Azra, Cendekiawan Yang Produktif
Azyumardi Azra merupakan tokoh cendekiawan pemikir yang tak pernah diam, Obsesinya yang besar untuk mengubah pemikiran Islam di Indonesia, telah dicurahkan melalui karya-karyanya baik dalam bentuk tulisan artikel yang dimuat diberbagai media masa maupun sejumlah buku yang telah diterbitkannya. Diketahui hingga kini lebih dari 15 buku yang telah Azra tulis, tidak termasuk makalah dan jurnal-jurnal Berbahasa Indonesia dan inggris. Oleh sebab itu, Azyumardi Azra tergolong penulis paling produktif, khususnya sejarah dan kajian keislaman.
Produktivitas Azra membuat banyak kalangan cemburu dan kagum. Kemampuan Azra dalam bidang sejarah khususnya dalam Perkembangan Islam tetap membuatnya rendah hati, beliau tak mau disebut sebagai sejarawan, dia menyebut dirinya hanya sebagai ”Peneliti Sejarah”.
Orang Indonesia Pertama Gelar Kehormatan Dari Kerajaan Inggris
Azyumardi Azra merupakan orang Indonesia pertama yang menerima Commander of the Order of British Empire (CBE) dari Kerajaan Inggris.
Anugerah pada 2010 tersebut membuat Azra berhak mencantumkan gelar CBE di belakang namanya.
“Pengakuan luar biasa untuk Indonesia,” kata Azra, seperti diberitakan Harian Kompas, 10 Oktober 2010.
Dilansir dari The Gazette, Order of British Empire merupakan penghargaan atau kehormatan dari Kerajaan Inggris kepada warga sipil dan angkatan bersenjata yang telah berjasa.
Penghargaan ini dibuat pada 1917 oleh Raja George V, guna menghargai jasa orang-orang yang tidak berada di garis depan selama Perang Dunia I.
Order of British Empire terdiri dari lima tingkatan, yakni:
• GBE: Knight atau Dame Grand Cross of the Most Excellent Order of the British Empire
• KBE atau DBE: Knight atau Dame Commander of the Most Excellent Order of the British Empire
• CBE: Commander of the Most Excellent Order of the British Empire
• OBE: Officer of the Most Excellent Order of the British Empire
• MBE: Member of the Most Excellent Order of the British Empire
Gelar GBE, KBE, atau DBE merupakan gelar tertinggi yang diberikan oleh Kerajaan Inggris.
Kehormatan ini dianugerahkan kepada orang yang telah memberikan kontribusi besar untuk kegiatan apapun di tingkat nasional dan internasional.
Sesuai tradisi, penerima kehormatan akan “dilantik” dengan sentuhan pedang di bahu dari Raja atau Ratu Inggris.
Kemudian, mereka berhak mencantumkan gelar Sir bagi pria, serta Dame bagi perempuan di depan namanya. CBE adalah penghargaan Order of the British Empire dengan peringkat tertinggi.
CBE diberikan kepada individu yang memiliki peran penting di tingkat nasional maupun peran utama pada tingkat regional. Kehormatan ini juga dianugerahkan untuk kontribusi luar biasa dan inovatif di bidang apapun, serta dikhususkan bagi individu yang membawa dampak positif pada pekerjaan mereka.
Dikutip dari BBC, keputusan tentang siapa yang akan mendapatkan kehormatan dan jenis kehormatannya ditentukan oleh Komite Khusus.
Komite Khusus selanjutnya menyerahkan nama ke Perdana Menteri, kemudian diberikan kepada Raja atau Ratu untuk diperiksa.
Gelar kehormatan Kerajaan Inggris umumnya diberikan kepada individu dari Kerajaan Inggris maupun negara Persemakmuran Inggris. Akan tetapi, hal tersebut tak berlaku bagi Azyumardi Azra. Ia menjadi orang Indonesia dan orang di luar negara Persemakmuran Inggris pertama yang menerima gelar kehormatan ini.
Cendekiawan muslim Azyumardi Azra telah tutup usia pada usia 67 tahun, pada hari Minggu (18/9/2022). Sebelum mengembuskan napas terakhir, mantan Rektor UIN Jakarta ini mengalami serangan jantung dalam penerbangan Jakarta menuju Malaysia. Ia dilarikan ke Rumah Sakit Serdang, Selangor, Malaysia dan mendapat perawatan intensif
Penulis: MC-01
Editor: Rahmad Hidayat