Bincang Buku Historiografi Padang Sidimpuan Dan Seminar Literasi Dengan Tema Menjadikan Literasi Sebagai Budaya Anak Muda yang digagas oleh Madina Care Institute ini menghadirkan 3 pemateri hebat dari penggiat literasi di Mandailing Natal dan Sidimpuan, yaitu Bapak Askolani Nasution seorang budayawan Mandailing Natal yang telah menulis berbagai macam cerpen, puisi, esai dan buku yang terbit dan juga telah menulis dan menyutradarai film-film mandailing salah satunya Biola na Mabugang.
Selanjutnya ada pemateri Bapak Muttaqin Kholis Ali seorang penggiat IT dan Literasi di Mandailing Natal yang saat ini menjadi tenaga pendidik di SMA Negeri 1 Tambangan, dimana bapak muttaqin kholis juga sudah banyak menulis buku yang terbit dan artikel-artikel ilmiah yang sudah publish.
Pemateri selanjutnya ada bapak Budi Hutasuhut atau dengan nama pena Budi Hatees yang merupakan tokoh dan topic utama webinar yang menjadi penulis buku dari Historiografi Padang Sidimpuan. Dan juga sudah banyak malang melintang di dunia penulisan sejak kecil.
Pada webinar kali ini Madina Care Institute sebagai lembaga yang peduli terhadap perkembangan literasi khususnya di Mandailing Natal tergerak untuk melaksanakan webinar pendidikan agar nantinya anak-anak muda di Mandailing Natal semakin paham dan cinta akan literasi yang saat ini sedang turun pamornya di Indonesia.
Acara yang dibuka oleh Ketua Panitia saudara Arrizal ini dalam lamporannya menyampaikan“Hal yang mendasari Madina Care untuk melaksanakan webinar ini adalah melihat banyaknya anak muda yang sudah meninggalkan dunia literasi terlihat dari banyaknya anak muda yang senang bermain social media namun tidak berminat membaca buku-buku cetak yang harusnya menjadi bahan acuan dalam beberapa segi kehidupan”
Selanjutnya Moderator memandu Webinar Pendidikan ini dengan pembicara pembuka oleh Dewan Pembina Madina Care Institute saudara Wadih Al-Rasyid. Wadih menyampaikan “Kegiatan webinar pendidikan oleh Madina Care ini harus bias membawa perubahan terhadap budaya literasi anak muda khususnya di Mandailing Natal, ditambah dengan pemateri-pemateri yang dihadirkan juga merupakan punggawa-punggawa dalam dunia penulisan di Mandailing Natal dan Padang Sidempuan”
“Semoga webinar pendidikan ini menjadi ajang bagi kita semua untuk lebih memahami bahwa peningkatan literasi memiliki dampak yang besar terhadap kemajuan suatu bangsa”
Acara kemudian dilanjutkan oleh pemateri pertama yaitu Bapak Budi Hatees yang membawakan tema bincang-bincang Buku Historiografi Padang Sidempuan, Bapak Budi Hatees mengatakan “Saya tidak memiliki mentor dalam dunia penulisan, saya hanya bermodal dari suka membaca buku yang memang saya minati topic pembahasannya, kemudian berlanjut kepada membaca buku yang memiliki pengetahuan-pengetahuan dalam dunia budaya”
Bapak Budi Hatees juga menambahkan “Bahwa dalam melakukan penulisan baik dia cerpen, karya fiksi, dan penelitian semua memiliki kesamaan dalam proses pembuatannya, yaitu adalah riset. Riset sangat dibutuhkan dalam pembuatan karya sehingga para pembaca bisa merasakan kehadiran tulisan yang dibaca disekitar dirinya sendiri. Tanpa riset sebuah tulisan tidak akan memiliki ruh didalamnya dan hanya akan menjadi tulisan kosong dengan berbagai macam spekulasi tidak jelas dari pembaca”
Senada dengan bapak Askolani Nasution sebagai pemateri kedua”Bahwa dalam melakukan penulisan baik dia karya tulis maupun untuk sebuah pemanggungan harus memiliki riset dan plan yang matang agar menjadi tulisan yang bisa dirasakan oleh pembaca, seperti misalnya dalam penulisan karya-karya saya, saya tidak bisa hanya sekedar menulis, akan tetapi juga harus melakukan riset ke berbagai tempat yang menjadi titik lokasi dari tulisan-tulisan saya”
Bapak askolani dalam paparannya juga menyampaikan fakta “dalam laporan UNESCO, Indonesia pada 2016 menempati urutan ke 60 dari 61 negara the most world’s literate nation. Indonesia juga ditetapkan sebagai Negara yang memiliki minat baca yang rendah yaitu sekitar 0,001 persen saja dengan rata-rata buku yang dicetak pertahunnya sebanayak 18.000 judul buku dimana ini berbanding jauh dengan china yang mencetak buku sebanyak 140.000 judul buku dalam setahun”
Pemateri ketiga bapak Muttaqin Kholis juga memaparkan “Keadaan Indonesia saat ini terjebak didalam NOL membaca yang artinya memiliki ketertinggalan yang sangat jauh dalam bidang literasi. Menurut BPS 11,5 juta rakyat Indonesia buta huruf, hal ini terlihat dari fakta lain bahwa dari 1000 anak hanya 1 orang yang suka baca. Selain itu akses terhadap buku-buku juga sangat sulit dimana perbandingan rasio buku dengan jumlah penduduk Indonesia adalah 0,09% yang artinya 1 buku yang sedang dibaca ditunggu oleh 11 orang lainnya agar bisa membaca buku yang sama”
Selain itu bapak muttaqin juga menyampaikan “Menulis itu seperti belajar berenang, berpuluh-puluh buku teori berenang yang dibaca jika tidak melompat ke dalam kolam, maka selamanya kita tidak akan bisa berenang, begitu juga dengan menulis berpuluh-puluh judul buku kit abaca, kalau tidak memulai menulis maka selamanya menulis itu akan menjadi hal yang sangat sukar dilakukan. Kita harus mulai menulis, karena dengan menulis kita dapat meningkatkan literasi bangsa Indonesia, dan juga keuntungan lain yang bisa kita dapatkan seperti: penyampaian pesan kepada orang lain misalnya opini, inspirasi dan pengetahuan, menulis untuk memberitahu kabar berita dan menulis juga bisa untuk menghibur diri sendiri dan orang lain. Syarat utama dari menulis itu adalah banyak membaca dan banyak mencoba.” tutupnya
Pada kesempatan berikutnya moderator membuka sesi Tanya jawab, dimana peserta bertanya bagaimana cara meningkatkan minat baca dan juga upaya pemerintah agar lebih memperhatikan penulis-penulis di daerahnya masing-masing. Selain itu peserta bertanya bagaimana cara memberikan motivasi positif kepada anak muda agar lebih peka terhadap literasi yang kemudia pertanyaan-pertanyaan ini dijawab secara bergantian oleh pemateri yang dipandu oleh moderator.
Diakhir kegiatan ada beberapa saran dari peserta seperti bapak Pahri Efendi “Untuk Madina Care Institute agar lebih memperhatikan perpustakaan-perpustakaan di sekolah maupun di desa dan kalau bisa memprakarsai pembangunan-pembangunan perpustakaan agar kita bisa mencapai target literasi dalam kegiatan yang kita laksanakan ini”
Peserta selanjut bapak Abdi Napitupulu juga memberi saran “Untuk upaya peningkatan literasi ada baiknya Madina Care mengundang guru dan dinas pendidikan dalam melakukan pelatihan literasi terkait kurikulum merdeka, dimana Madina Care menjadi fasilitator terhadap pelatihan kurikulum merdeka yang sedang digadang pemerintah”
“Kalau bisa juga Madina Care membuat ajang lomba menulis untuk siswa dan mahasiswa agar mereka lebih bisa memahami bahwa tulisan dapat mengubah cara pandang terhadap satu hal” tutupnya
Pada akhir acara Moderator Rahmad Hidayat menarik kesimpulan secara ringkas:
1. Dalam melakukan penulisan sebuah karya perlu adanya riset yang mendalam agar tulisan yang tercipta memiliki ruh dan bisa dirasakan oleh pembaca keberadaannya secara lansgung.
2. Menulis itu memiliki 3 hal yang harus diperhatikan yaitu: aktualitas tulisan, proksimitas tulisan dan cara kita menarasikan tulisan agar enak dibaca.
3. Imajinasi menjadi hal yang tidak bisa ditinggalkan dalam melakukan penulisan, karena daya imajinasi yang kuat akan membawa kita kepada suasana di dalam tulisan yang sedang kita buat.
4. Menulis itu seperti belajar berenang, jika hanya membaca teori tapi tidak memulai maka selamanya kana terasa sulit.