Di era kolonial angkutan kereta api dibangun besar-besaran untuk tujuan dagang dan operasi militer. tidak luput pembangunan rel kereta api dari tanah deli sampai rantau prapat yg pada saat itu digunakan untuk transfortasi perkebunan teh yg dibangun secara besar-besaran oleh deli maatscappij pada masa itu (1883)
Ternyata belakangan diketahui bahwa rel kereta api tersebut nantinya akan dilanjutkan dari rantauprapat menuju padangsidimpuan, rao, pariaman dan padang.
Yang menarik untuk didiskusikan dari peta yg diterbitkan tahun 1925 oleh pemerintah hindia belanda tersebut ternyata padangsidimpuan masuk dalam jalur rencana pembangunan, dan dilanjutkan ke rao melintasi panyabungan (mandailing natal).
Master plan perkeretaapian zaman “baheula” ini jika dikaji dari kebutuhan saat ini dan masa depan khususnya wilayah tabagsel dalam rangka menghubungkan perekonomian pantai timur dan pantai barat sumatera dirasa masih relevan untuk dilanjutkan. apalagi kondisi saat ini baik wilayah paluta dan palas membutuhkan jalur tranfortasi yg lebih hemat untuk mengangkut hasil cpo dan produk lainnya, begitu juga dengan tapsel, kota padangsidimpuan yg terus memacu perekonomiannya sehingga membutuhkan jalur tranfortasi yg murah, cepat, aman dan bervisi jauh kedepan.
Khusus bagi mandailing natal, jalur kereta api ini akan membuka keterisoliran pantai sepanjang 170 km yg dimilikinya yg menyimpan potensi sda yg luar biasa, baik kekayaan lautnya, keindahan pantainya, dan perkebunan sawit yg mencapai luasan 160.000 ha yg saat ini sdh berproduksi. dengan sedikit saja merubah jalur yg direncanakan pemerintah kolonial rencana besar ini akan menghasilkan lompatan ekonomi yg tidak pernah terpikirkan sebelumnya, yaitu jalur dari padangsidimpuan diarahakan ke bandara internasional bukit malintang yg ditargetkan selesai di tahun 2024.
Selanjutnya dihubungkan ke jalur pantai barat singkuang kec muara batang gadis, dari singkuang melintasi tabuyung, natal, pelabuhan palimbungan ketek batahan yg direncanakan sebagai kawasan industri (kek), lalu dilanjutkan ke pelabuhan air bangis sumbar dan seterusnya tersambung ke stasiun pariaman yg sdh sejak zaman kolonial beroperasi menuju kota padang.
Untuk mewujudkan proyek besar dan bervisi jauh kedepan ini, baik pemkab madina, tapsel, paluta, labusel, labuhan batu, pemko padangsidimpuan, bupati pasaman barat, pemkab agam, pemkab padang pariaman dan pemko pariaman dan seterusnya gubernur sumut dan gubernur sumbar harus duduk satu meja membicarakan proyek ini sehingga dilahirkan suatu kesepakatan bersama untuk pembangunannya.
Panjang jalur ini diperkirakan sepanjang 700 km dengan taksiran anggaran pembangunan dengan jalur ganda sekitar 28 t rupiah, mengingat sisi pentingnya proyek ini bagi perekonomian nasional bisa saja diajukan sebagai proyek strategis nasional (psn).
Oleh: Irwan H. Daulay (Staf Khusus Bupati Madina)