Daya Tarik Bisnis dan Arah Waralaba
Daya Tarik Bisnis dan Arah Waralaba – Sekecil apa pun, setiap usaha (bisnis) itu sangat menarik. Di situ, banyak dimensi. Banyak sisi yang membuat kita takjub. Secara umum, bisnis itu menjanjikan keuntungan (komersial). Ada nilai tambah di setiap putarannya. Sungguh menggiurkan.
Lebih dari itu, kalau dirunut dari awal, setiap bisnis berasal dari sebuah ide (gagasan) yang dipilih di antara begitu banyak pemikiran. Dan, soal bagaimana proses memilih ini, pun sungguh ajaib. Mengapa yang diyakini dan diambil justru satu ide produk, misalnya, jajanan dengan segala kerumitan kreativitas dan semua konsekuensinya?
Mengapa bukan ide bisnis lainnya?
Padahal, banyak pilihan produk barang atau jasa lainnya yang sifatnya pokok. Bukankah itu termasuk hal yang menakjubkan? Begitu juga kalau kita kaji proses awal kerjanya, hingga kemudian pilihan resep atau formula yang dipakai dan lalu memunculkan aroma, rasa, pesona kemasan, citra produk dan rentetan teknik penjualannya, sungguh semuanya menunjukkan hal yang sangat-sangat menakjubkan.
Lebih-lebih lagi jika kemudian usaha itu berkembang. Tentu saja, usaha itu menjadi lapangan kerja. Selanjutnya, bisa saja, si pemilik bisnis (owner) pun tak mustahil makin tajir (kaya).
Tak kalah menggoda, manajemen yang lahir secara alamiah di dalam usaha itu harus menghadapi banyak rintangan dan tantangan. Sebagai sebuah proses, orang-orang yang ada di dalam manajemen itu akan berjibaku mengatasi dan menyelesaikan setiap masalah. Mustahil sebuah usaha survive (bisa bertahan dan berkembang) bertahun-tahun tanpa sejumlah kendala sebagai ujian naik kelas.
Bahkan, kendala itu sering kali datang dari luar manajemen (eksternal). Termasuk soal ketersedian bahan baku, standar gaji pegawai, kemasan, distribusi, promosi, harga modal dan harga jual eceran.
Belum lagi serangan (tantangan) dari “saingan” (kompetitor), mulai dari serangan isu negatif, permainan harga dan lain-lain. Tapi, tak bisa dipungkiri juga, banyak jenis produk (komoditi) yang bertahan dan terus berkembang karena iklim kompetisi yang muncul. Lokalisasi pemasaran satu jenis produk dari sejumlah produsen malah bikin cerlang (ceruk) pasar tersendiri. Artinya, jangan juga jadi gentar karena banyak pesaing. Sudah jadi hukum alam, makin banyak pesaing makin tinggi publikasi dan promosi bagi satu produk.
Jika sebuah usaha sudah merupakan warisan dari dua-tiga generasi, sangat mungkin usaha itu berkembang ke hulu hingga secara teknis pun mencakup bahan baku dan berkembang juga ke sisi hilir hingga diversifikasi produk (memunculkan dua-tiga tipe dari satu jenis, serta bisa jadi juga menghasilkan satu konsep waralaba (sejenis kerja sama manajemen terbuka) yang pada dasarnya hanya “menjual” ide berupa jasa manajerial (bagi hasil).
Kita sudah mengenal beberapa contoh bisnis waralaba untuk produk barang dan jasa. Mulai yang datang dari luar negeri (global) hingga yang bersifat lokal (termasuk berbasis kearifan tradisional). Mulai dari bentuk mall sampai ke betuk bisnis sol sepatu (servis tas).
Tetap jadi pertanyaan menantang, apakah pemerintah hadir dalam setiap eskalasi problem bisnis (besar, sedang, kecil dan mikro)? Ujungnya, jelas tak lepas dari prosesi politik lokal, regional, nasional dan global). Semuanya menjadi dimensi yang begitu mempesona untuk selanjutnya menyimak suguhan kami.
(Tim Kreatif dan Kolaborator acara multi-media Talk Show “Bistik”)
Penulis: Muhmmad Ludfan Nasution
Editor: Rahmad Hidayat