Menjelang akhir tahun 2022, Madina Care Institute (MCI) mengangkat topik talkshow tentang APBD Madina tahun 2023 sebesar 1,6 triliun.
Muhammad Idris Lubis salah satu putra daerah Mandailing Natal yang merupakan Tenaga Fungsional Perekayasa Ahli Madya di Ditjen Bina Marga menganggap bahwa topik ini akan menjadi diskusi yang menarik.
“Saya pikir ini topik menarik sebagai penutup diskusi di penghujung tahun 2022 ini. Tawaran talkshow oleh MCI yang rencananya dihadiri Wakil Bupati Madina saya perkirakan akan banyak mendapat perhatian khalayak ramai di Madina. Saya memutuskan untuk menerima tawaran tersebut, tentu saja hanya berbicara beedasarkan sudut pandang infrastruktur.” Tuturnya
Diskusi Madina Care terkait APBD MADINA
Ibu Wakil Bupati yang diundang sebagai Keynote Speaker pada kegiatan ini diwakili oleh Asisten-1 Bidang Pemerintahan untuk mempresentasikan pos-pos anggaran untuk tahun 2023.
“Sebagai orang Kementerian PUPR tentu mencoba menyoroti dari perspektif pembangunan infrastruktur. Ternyata belanja modal untuk bidang infrastruktur hanya berkisar 94 Milyar Rupiah, atau sekitar 5,58% dari total APBD. Pertanyaannya, cukupkah anggaran itu untuk mencover persoalan infrastruktur di Kabupaten Mandailing Natal itu?”
“Mari kembali meyoroti data BPS Madina Tahun 2021 yang memperlihatkan panjang total jalan kabupaten di Kabupaten Madina itu tercatat 1849,48 km. Dari total panjang jalan kabupaten tersebut, tercatat 866,61km (47%) permukannya masih berupa jalan tanah, 590,02km (32%) permukaannya berupa pasir dan batu (sirtu) yang dipadatkan. Dengan perkataan lain terdapat sepanjang 1456,63 km (79%) yang permukaannya masih belum diaspal. Data BPS Madina 2021 itu lebih lanjut memperlihatkan 1202,02 km (65%) masuk kategori rusak berat dan 69,76km (4%) kategori rusak, atau secara keseluruhan terdapat 1272,38km (65%) kategori rusak berat dan rusak.” Sambung Idris.
Menurut pria yang bekerja di Kementerian PUPR ini Berdasarkan berbagai kajian yang dilakukan di Kementerian PUPR, terdapat pengaruh HIDROMETEOROLOGI yang menjadi salah satu penyebab kerusakan jalan yang paling dominan dewasa ini. Hidrometerologi ini merupakan sebuah fenomena naiknya suhu permukaan bumi dan laut yang menyebabkan perubahan iklim yang ekstrim.
“Hujan lebat yang mengakibatkan banjir besar dan longsor merupakan kejadian yang paling dominan dewasa ini. Demikian juga, meningkatnya suhu permukaan laut yang menyebabkan banjir rob. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap kondisi infrastruktur jalan. Faktor lainnya adalah fenomena ODOL (Over Dimention Over Load) kendaraan truk-truk berat yang juga banyak merusak jalan juga diperkirakan menjadi salah satu penyebab kerusakan jalan di Kabupaten Madina.” Paparnya
Lebih lanjut ia pun Mencoba memperkirakan besarnya anggaran untuk penanganan jalan dalam kategori rusak berat tersebut yang harus ditangani melalui rekonstruksi dengan memperbaiki kembali struktur jalan mulai dari perbaikan lapisan tanah dasar (subgrade), lapisan pondasi bawah (sub-base course), lapisan pondasi atas (base course) hingga palapisan aspal hotmix membutuhkan biaya yang sangat besar.
Bila jalan dalam kategori rusak berat tersebut dibangun dengan scenario jalan sekelas-3 (beban gandar 8 ton), dengan lebar 5,50m atau lebar lajur 2,75m akan membutuhkan biaya 9,6T rupiah. Skenario lain bila tanpa permukaan aspal, biayanya tetap masih tinggi yang mencapai 5,6T rupiah. Andaikan alokasi pembangunan jalan itu mencapai 0,5T rupiah pertahun, peningkatan jalan rusak tersebut dengan scenario perbaikan tanpa permukaan aspal secara keseluruhan membutuhkan waktu penyelesaian lebih dari 11 tahun anggaran. Kalau dengan permukaan aspal hotmix bisa mencapai 19 tahun anggaran. Bagaimana bila alokasi anggarannya hanya 94Milyar rupiah pertahun, tentu membutuhkan penanganan yang cukup lama, dengan perkataan lain tidak akan pernah beres.” Ungkap Idris yang.
Idris Lubis menyampaikan bahwa untuk membangun dan membenahi infrastruktur di Madina jika hanya mengandalkan APBD Madina akan butuh waktu lama.
“Ini tidak bisa dituntaskan dalam waktu singkat, mungkin Madina harus dipimpin orang Gila, pemikiran yang gila dan visioner. Karena APBD Madina ini tentu tidak seimbang dengan berbagai permasalahan yang ada. Pastinya kita butuh kerjasama semua pihak untuk merumuskan solusi dari semua permasalahan yang ada, karena yang saya paparkan ini hanya terkait infrastruktur.” Tutup pria yang juga merupakan Dosen Fakultas Teknik Universitas Langlangbuana Bandung ini.